bc

The Forest Queen [ Indonesia ]

book_age16+
323
FOLLOW
1.6K
READ
possessive
reincarnation/transmigration
time-travel
love after marriage
dominant
kickass heroine
witch/wizard
drama
sweet
bxg
mythology
rebirth/reborn
like
intro-logo
Blurb

ANDELEUSIA

(Season kedua curse of a witch.)

Ethelyn berpindah tempat ke dunia Eloise, menjadi Putri dari seorang Raja Rederick, Raja tampan dan gagah, kehidupannya berubah ketika Ethelyn menjadi seorang Putri, harus mempelajari beberapa kelas bangsawan dan harus bersekolah di sekolah para bangsawan.

( Baca season pertama The Curse of the Witch)

chap-preview
Free preview
Prolog
“Lea, apakah kau sudah mendapatkan pekerjaan?” tanya pria paruh baya dengan memegang jaring dan memakai topi nelayan, Paman Joel. “Be… belum paman, lagipula Lea selalu berusaha untuk kerja keras kok.” Jawab Crolea. Crolea berkulit kuning langsat dengan rambut ikalnya yang sangat mempesona dan lucu dengan senyumannya. Gula-gula coklat manis jika dipanggil oleh anak-anak para nelayan di pesisir pantai. “Lea! kau kurangi waktu bermain dan melamarlah pekerjaan!” Teriak Paman Joel membawa hasil tangkapan udang di laut pagi ini. Seorang wanita keluar dari rumah, dan berbicara kepada Crolea, “Sudahlah Lea jangan kau pikirkan perkataan pamanmu itu, sebaiknya kau fokus mencari pekerjaan dan pindah dari rumahmu yang kondisinya sudah tidak layak.” Bibi Tika berbicara kepada Lea dengan memberikan sebuah rantang yang berisikan makanan. “Kau yakin tidak ingin pindah saja ke rumah paman dan bibi?” tanya Bibi Tika kembali mempertanyakan perihal kondisi Lea. Crolea mengangguk dengan membereskan perlengkapan untuk memancing paman di sudut rak dinding. “Bibi Tika, kau bilang bahwa ibuku memberikan sebuah warisan kotak, apakah kau masih menyimpannya?” tanya Crolea dengan bibir yang cemberut. Ctarrrrrr… Zraaaaaaaaa… Suara petir mulai menyambar di sekeliling pantai di sertai angin pantai yang sangat kencang. “Lea, aku harus kembali ke rumah nanti saja lagi aku memberikan kotak itu,” teriak Bibi Tika dengan berlari melewati hujan dan angin untuk memasuki rumah miliknya. Lea tersipu angin laut. Rambutnya acak-acakan karena terkena angin. Rumah Paman Joel dan Bibi Tika adalah rumah paling bagus di pesisir pantai. Sangat berbeda dengan milik Crolea. ‘Jarak rumahku dan paman hanya dua puluh langkah kaki, rumah ini adalah peninggalan ibuku selaku kakak dari Paman Joel, dan aku benar-benar tidak ingin pindah,' gumam Lea membatin dengan melihat kearah lautan pantai yang diisi oleh kilatan dan banyak sambaran petir ketika datangnya hujan lebat. Banyak sekali air menetes memasuki rumah, tanpa memperdulikan kondisi rumahnya yang sudah tidak layak untuk dihuni, Lea melirik sebuah rantang yang berisi nasi dan sayuran serta tahu tempe untuk dimakan. Pemberian dari Bibi Tika kepadanya tadi. “Katanya sudah tidak peduli padaku, tetapi menyuruh bibi untuk memberikan makanan untukku, dasar paman yang aneh," Lea menggerutu. Tak berselang lama Lea menghabiskan seluruh makanan yang diberikan oleh Bibi Tika. Kedua mata Lea menyipit. Perutnya sudah kenyang dengan makanan yang banyak lauk pauk Bibi Tika bawakan untuknya. Lea bersandar di kayu-kayu papan ranjang tua. Beberapa tumpukan piring serta gelas di biarkan berada di atas meja. "Selama hujan belum reda dibiarkan saja," gerutunya pelan dengan membenarkan sisa-sisa nasi yang terselip di gigi-gigi didalam mulut mungil Crolea. Crolea selalu di cibir oleh banyak anak-anak nelayan di pesisir pantai. Waktu menunjukan pukul 11.00 siang dengan suasana angin dan hujan yang sudah berhenti, matahari yang terik menyinari kelopak mata Lea dari balik jendela. Tak lama akhirnya Lea beranjak bangun untuk mandi dan membuka jendela gubuknya. Tiba-tiba pupil matanya membesar atas apa yang ia lihat kini, ia melihat seorang pria berada di pinggir bebatuan pantai dengan posisi terpelungkup. Dalam hitungan detik Lea hanya berlari dan membawa handuknya menuju pria itu, “Tuan,apakah kau baik-baik saja?" Tanya Crolea dengan suara imutnya. "Maaf anda siapa? " teriak Lea dengan histeris. Kedua mata pria itu kini terbuka, namun sayang ia terlihat sangat lemah, “Tolong aku.” Crolea dengan cepat memberikan handuk miliknya. Banyak sekali darah yang mengalir dari kaki dan kepala di tubuh pria tersebut. Pria yang tidak pernah Crolea temui. Pria dewasa yang mungkin Paman Joel dan Bibi Tika selalu larang untuk Crolea bertemu. "Paman? Ah kakak? Ah mas? Atau apa yah aku memanggilmu?" Lea kembali berbicara kepada pria asing tersebut. Sebuah handuk yang menutupi luka-luka untuk Pria tersebut. “Panggil aku Dion," Suara pria dengan nafas tersengal-sengal karena banyaknya air yang sudah ia minum. Tenggelam di hamparan lautan luas. 'Pria ini sangat tampan dengan rambutnya yang berwarna hitam legam,' gerutu Lea dengan suara batinnya. “Kau bersabarlah, sebentar lagi kau akan pulih,” ujar Lea dengan memberikan handuk miliknya menutupi luka-luka yang berdarah. Lea merobek kain pakaian jelek miliknya untuk di ikatkan ke lengan Dion yang terluka. Dalam pikirannya, Lea harus cepat menangani pria asing ini dan pergi kembali ke rumah. “Tuan, kainnya sudah terikat dan kau pulanglah. jika kau disini kau akan bahaya karena ini pulau nelayan,” Lea kembali berbicara dengan nadanya yang mengusir. “Terimakasih, dan penglihatanku tidak akan salah. Crolea kau akan mengetahuinya nanti.” Ucap pria cantik yang ia sebutkan namanya adalah Dion. Crolea membalikkan tubuh miliknya. Masih melihat-lihat keadaan rumah miliknya. Ia takut Paman Joel dan Bibi Tika datang melihat dirinya. Dalam hitungan detik. Dion pun menghilang. Hanya ada handuk berlumuran darah Dion yang tertinggal di sisi bebatuan pantai. Crolea memegang handuk tersebut dan memanggil pemuda bernama Dion yang ia temui, “Heiiiii…. Kau dimana Paman Dion? Kenapa kau tiba-tiba menghilang seperti ini Paman Dion?" Tanya Crolea dengan berteriak. Kedua matanya mencari keberadaan Dion. Sayangnya pria itu menghilang. Crolea membatin kali ini dengan menendang kecil bebatuan dan kembali ke rumah kecil. Pria bernama Dion menghilang secara misterius. Tentunya setelah hujan badai mereda. “Darimana saja kau ini?” Bibi Tika berdiri didepan rumah Lea dengan menatap wajah Lea. “Aku… aku habis dari pantai dan melihat pemandangan bibi," Lea terbata-bata menjawab pertanyaan Bibi Tika dengan berbohong kali ini. Ia tidak mungkin berbicara kepada Bibi Tika bahwa ia bertemu dengan seorang pria yang meminta pertolongan. “Kemarilah, ini kotak dari mendiang ibumu dan aku tidak tahu fungsinya untuk apa.” Bibi Tika membuka isi kotak dengan sisi ukiran segel yang aneh. “Sebuah cermin?” Tanya Crolea dengan keheranan. Bibi Tika hanya mengangguk, “Pamanmu itu adik angkat dari ibumu dan kata pamanmu ia selalu memakai cermin ini jika berhias tetapi ia pernah melihat bahwa mendiang ibumu berbicara pada cermin ini.” Crolea melihat cermin yang tampak seperti batu permata biru sapphire, “Ini hanya cermin biasa pada umumnya dan juga ini seperti cermin biasa. Kenapa ibuku membawa ini sebagai warisan. “Lea, maafkan bibi dan paman jika ada kesalahan dan kau persiapkanlah diri kembali melamar pekerjaan. Kau tahu sendiri pamanmu hanya seorang nelayan dan juga ibumu hanya memberikan cermin ini,” Bibi Tika kembali membuka arahan kepada Lea untuk memiliki pikiran positif. “Lea, bibi pamit ya dan juga nanti malam bibi akan membawakan makanan kembali untukmu,” Bibi Tika kembali mengucap pamit dan menepuk pundak Lea sebanyak dua kali. “Kenyataan yang sebenarnya?” gerutu Lea seraya memikirkan apa yang pria asing tadi katakan. "Apa maksud perkataan pria asing itu?" Lamunan Lea kembali kearah lautan lepas. Lea kembali ke rumah kecil miliknya dan menaruh cermin di dekat ranjang miliknya. Cermin yang ia gantung di dinding dengan ukiran kuno. Cermin tua yang bergaya klasik tahun sembilan puluhan. "Ukiran kayu apa ini? Bukankah jati atau mahoni tidak seperti ini. Kenapa ibuku membiarkan cermin ini menjadi warisanku. Ibuku sungguh aneh." Lea kembali berbaring di ranjang miliknya. Tubuhnya sangat lelah ketika dirinya menolong pria tersebut. “Cermin ini sangat aneh, baru pertama kali melihatnya ia mengeluarkan sinar biru,” Lea menggerutu kesal. Sesekali kedua matanya melihat kejanggalan serta keanehan yang berada pada cermin batu biru sapphire. Lea memegang handuk miliknya di saku pundak kirinya. Berbolak-balik melewati cermin batu biru. Ada seseorang dibalik cermin ketika Lea mondar-mandir di depan cermin. Lea memberhentikan langkah. Seperti ada yang mengikutinya. Sayangnya, bayangan itu hilang. Kembali seperti semula layaknya cermin biasa. Lea bergegas membereskan piring-piring sisa makanan yang ia taruh di atas meja. Untuk mencuci lalu mandi di sumur belakang rumah miliknya. Cermin permata biru sapphire mengeluarkan sinar biru disebuah ruangan yang kecil ini. Sayangnya, Lea sedang tidak ada di ruangan. Cermin pun kembali mengeluarkan sinar biru setelah beberapa saat mengeluarkan sinar. Suara pintu terbuka. Bahkan kali ini cahayanya keluar dua kali lipat, cermin yang Lea anggap biasa kini memperlihatkan kekuatannya. Namun ketika ada seseorang semuanya kembali menjadi sedia kala. Rupanya, Bibi Tika membawakan serantang makan malam untuk Crolea. "Lea! Bibi membawakan makanan untukmu. Tolong dimakan dan juga setelah kau memakan semuanya tolong di bersihkan semuanya. Besok pagi kau akan ke desa melamar kerja. Pak Kepala Desa menanyakan perihal CV mu Lea," teriak Bibi Tika dari dalam rumah. Hanya sebuah sahutan samar-samar dari belakang rumah kecil. Sumur tua milik Crolea. "Hhyyyaaaa bibi...aku… sedang menggwosok giwgii…" Jawab Crolea dari dalam kamar mandi sumur dibelakang rumah kecil. Dengan cepat Crolea mempercepat dirinya mandi. Untuk mendengarkan Bibi Tika berbicara. Terlebih ia ingin mengatakan perihal cermin tua yang ibunya berikan padanya. Tidak ada dampak apapun. Justru aneh jika barang antik ada di rumah kecil. Dengan cepat Crolea memakai kaos berwarna putih, wajahnya yang manis dan imut tidak dapat menghapus kulit kuning langsat yang sudah melekat di ciri-ciri uniknya. Si gula hitam manis. Ia pun bercermin dan menatap dirinya dihadapan cermin milik ibunya yang sudah meninggal. “Kenapa ibu meninggalkan cermin ini? apa ini cermin ajaib?” Tanyanya dengan rona penasaran. Lea memegang cermin dan ia menyaksikan bahwa tangannya masuk kedalam cermin. Cermin tersebut memancarkan sinar biru, “Whoaaaaaa… ini cermin ajaib.” Tak berselang lama Crolea merasakan kantuk yang sangat luar biasa. Brukk.. suara tubuh yang terjatuh diatas lantai tanah pun terdengar. "Lea….. Masuklah kedalamku…." Suara memanggil dari dalam cermin. "Lea…. Masuklah kedalamku…." Panggilannya kembali untuk Crolea dari dalam cermin. Lea pun tidak sadarkan diri karena cermin yang di berikan Bibi Tika kepadanya. Hanya tubuhnya yang terbaring kaku tetapi jiwanya masuk ke dimensi mimpi dimana ia memasuki sebuah hutan berkabut. "Hey………….." Hey….. Hey….. Panggil Lea dengan menyusul gema sekali panggilan darinya. Tidak ada siapapun didalam hutan. Hanya ada dirinya saat ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HYPER!

read
559.3K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.2K
bc

Rewind Our Time

read
161.6K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K
bc

OLIVIA

read
29.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook